Apakah kamu sedang mencari jawaban untuk soal yang sedang kamu cari ? jika iya mungkin jawaban dibawah ini bisa membantu menyelesaikan persoalanmu
Tidak seperti agama-agama lain yang bersifat agresif dalam usahanyamendapatkan banyak pemeluk, agama Khonghucu lebih menekankan pada sikapmembina diri sendiri (dan menghindari sikap menuntut orang lain). Karenaitulah perkembangan agama Khonghucu (terutama perihal penyebaran ajaranmaupun perkembangan jumlah penganutnya) agak sulit dilacak denganpasti.
Dalam agama lain seperti Islam, Kristen, Buddha dan lain-lain yangumatnya gampang dikenali hanya dengan suatu ‘sumpah masuk agama’misalnya pembaptisan di agama Kristen dan pembacaan kalimat syahadat diagama Islam, maka seorang penganut agama Khonghucu tulen sangat sulituntuk dikenali karena ‘Kekhonghucuan’ mereka diukur dalam perbuatan dantingkah laku mereka sepanjang hidupnya. Karena itulah seorang penganutagama Khonghucu semasa hidupnya tidak ‘berani’ menyebut dirinya sebagaipenganut agama Khonghucu karena hal ini akan dinilai sendiri olehgenerasi-generasi sesudahnya.
Perkembangan umat agama Khonghucu mulai disorot dan banyak ditelaahsetelah masuknya agama Kristen ke Tiongkok yang dengan agresifnyamencari penganut baru dan mendesak penganut agama Khonghucu. Awalnyamisionaris Kristen yang pertama kali masuk ke Tiongkok mengakui bahwa diTiongkok telah ada agama ‘asli’ (yakni agama Khonghucu) yang lengkapdengan tata cara ibadah yang sangat jauh berbeda dengan agama kristenyang mereka anut.
Tapi karena tujuan utama para misionaris Kristen ini adalahmengkristenkan Tiongkok, maka dimulailah segala upaya termasukmenghalalkan segala cara untuk mengalahkan agama asli ini dan bila perlu‘memusnahkan’ keberadaan mereka dengan jalan mendiskreditkan merekasebagai ‘aliran filsafat’ belaka dan bukanlah ajaran agama.
Adapun alasan mengapa ajaran agama Khonghucu ini tidak dimusnahkan samasekali adalah karena mereka tidak bisa mengingkari bahwa ada nilai-nilaiuniversal dalam ajaran agama Khonghucu yang bahkan mengilhami banyakcendekiawan Eropa untuk mengadakan pembaharuan di Eropa sendiri. BahkanGereja Katolik Roma sampai secara resmi mengakui Kong Zi sebagai salahseorang Santo seakan Beliau pernah berjasa bagi agama Katolik.
Adanya upaya agresif kaum Kristen inilah yang mendorong ‘kebangkitan’agama Khonghucu untuk menghadapinya (walaupun tidak sampai menghalalkansegala cara termasuk menipu, memfitnah dan sebagainya) sesuai dengantradisi agama Khonghucu itu sendiri.
Kebangkitan agama Khonghucu di Tiongkok (yang ketiga) sebenarnya dimulaioleh Zeng Guofan dan berpuncak pada gerakan reformasi yang digagas olehKang Youwei. Tapi seiring dengan gagalnya Reformasi 100 hari itu, dapatdikatakan kebangkitan agama Khonghucu di Tiongkok mengalami kegagalandan baru sedikit tergugah kembali (walaupun dalam skala kecil) denganslogan-slogan yang diucapkan Deng Xiaoping pada akhir tahun 1970-an.
Sebaliknya kebangkitan agama Khonghucu di Indonesia justru merupakanyang pertama kalinya dan sampai kini terus bergulat mencari jatidirinya. Sulit untuk menyebutkan secara pasti kapan agama Khonghucupertama kali dibawa dari Tiongkok ke Indonesia. Seperti diuraikandiatas, ajaran agama Khonghucu tidak disebarkan secara agresif sepertihalnya agama lain (terutama dari Timur Tengah). Ajaran agama Khonghucudiwariskan dari generasi ke generasi melalui bimbingan keluarga dimanaseorang ayah akan memberikan teladan perbuatan kepada anaknya dan begituseterusnya sang anak mewariskannya kepada cucunya.
Karena alasan inilah agama Khonghucu yang ‘terbawa’ ke Indonesia sudahbercampur baur dengan ajaran agama Buddha dan agama Dao. Sepertikata-kata Xun Zi, “Dalam hal penyajian makanan kepada orang yang sudahmeninggal, seorang susilawan (penganut agama Khonghucu) menganggapnyasebagai perwujudan Laku Bakti dan penghalusan Kesusilaan seorangmanusia, sebaliknya orang awam (masyarakat kebanyakan) menganggapnyaberhubungan dengan roh-roh ataupun hal-hal takhayul lainnya.”
Orang-orang Tiongkok yang merantau hingga ke Indonesia mewakili banyakgolongan. Semula mungkin hanya pedagang yang suka tantangan yang beraniberlayar hingga ke Indonesia, tapi ada suatu masa dimana karena alasanpolitik, mereka kabur dari Tiongkok dan menyelamatkan diri ke Indonesia.
Dalam agama lain seperti Islam, Kristen, Buddha dan lain-lain yangumatnya gampang dikenali hanya dengan suatu ‘sumpah masuk agama’misalnya pembaptisan di agama Kristen dan pembacaan kalimat syahadat diagama Islam, maka seorang penganut agama Khonghucu tulen sangat sulituntuk dikenali karena ‘Kekhonghucuan’ mereka diukur dalam perbuatan dantingkah laku mereka sepanjang hidupnya. Karena itulah seorang penganutagama Khonghucu semasa hidupnya tidak ‘berani’ menyebut dirinya sebagaipenganut agama Khonghucu karena hal ini akan dinilai sendiri olehgenerasi-generasi sesudahnya.
Perkembangan umat agama Khonghucu mulai disorot dan banyak ditelaahsetelah masuknya agama Kristen ke Tiongkok yang dengan agresifnyamencari penganut baru dan mendesak penganut agama Khonghucu. Awalnyamisionaris Kristen yang pertama kali masuk ke Tiongkok mengakui bahwa diTiongkok telah ada agama ‘asli’ (yakni agama Khonghucu) yang lengkapdengan tata cara ibadah yang sangat jauh berbeda dengan agama kristenyang mereka anut.
Tapi karena tujuan utama para misionaris Kristen ini adalahmengkristenkan Tiongkok, maka dimulailah segala upaya termasukmenghalalkan segala cara untuk mengalahkan agama asli ini dan bila perlu‘memusnahkan’ keberadaan mereka dengan jalan mendiskreditkan merekasebagai ‘aliran filsafat’ belaka dan bukanlah ajaran agama.
Adapun alasan mengapa ajaran agama Khonghucu ini tidak dimusnahkan samasekali adalah karena mereka tidak bisa mengingkari bahwa ada nilai-nilaiuniversal dalam ajaran agama Khonghucu yang bahkan mengilhami banyakcendekiawan Eropa untuk mengadakan pembaharuan di Eropa sendiri. BahkanGereja Katolik Roma sampai secara resmi mengakui Kong Zi sebagai salahseorang Santo seakan Beliau pernah berjasa bagi agama Katolik.
Adanya upaya agresif kaum Kristen inilah yang mendorong ‘kebangkitan’agama Khonghucu untuk menghadapinya (walaupun tidak sampai menghalalkansegala cara termasuk menipu, memfitnah dan sebagainya) sesuai dengantradisi agama Khonghucu itu sendiri.
Kebangkitan agama Khonghucu di Tiongkok (yang ketiga) sebenarnya dimulaioleh Zeng Guofan dan berpuncak pada gerakan reformasi yang digagas olehKang Youwei. Tapi seiring dengan gagalnya Reformasi 100 hari itu, dapatdikatakan kebangkitan agama Khonghucu di Tiongkok mengalami kegagalandan baru sedikit tergugah kembali (walaupun dalam skala kecil) denganslogan-slogan yang diucapkan Deng Xiaoping pada akhir tahun 1970-an.
Sebaliknya kebangkitan agama Khonghucu di Indonesia justru merupakanyang pertama kalinya dan sampai kini terus bergulat mencari jatidirinya. Sulit untuk menyebutkan secara pasti kapan agama Khonghucupertama kali dibawa dari Tiongkok ke Indonesia. Seperti diuraikandiatas, ajaran agama Khonghucu tidak disebarkan secara agresif sepertihalnya agama lain (terutama dari Timur Tengah). Ajaran agama Khonghucudiwariskan dari generasi ke generasi melalui bimbingan keluarga dimanaseorang ayah akan memberikan teladan perbuatan kepada anaknya dan begituseterusnya sang anak mewariskannya kepada cucunya.
Karena alasan inilah agama Khonghucu yang ‘terbawa’ ke Indonesia sudahbercampur baur dengan ajaran agama Buddha dan agama Dao. Sepertikata-kata Xun Zi, “Dalam hal penyajian makanan kepada orang yang sudahmeninggal, seorang susilawan (penganut agama Khonghucu) menganggapnyasebagai perwujudan Laku Bakti dan penghalusan Kesusilaan seorangmanusia, sebaliknya orang awam (masyarakat kebanyakan) menganggapnyaberhubungan dengan roh-roh ataupun hal-hal takhayul lainnya.”
Orang-orang Tiongkok yang merantau hingga ke Indonesia mewakili banyakgolongan. Semula mungkin hanya pedagang yang suka tantangan yang beraniberlayar hingga ke Indonesia, tapi ada suatu masa dimana karena alasanpolitik, mereka kabur dari Tiongkok dan menyelamatkan diri ke Indonesia.
Apakah jawaban diatas sudah cukup membantu tugas yang sedang kamu kerjakan ? tuliskan penilaianmu di kolom komentar dibawah ini ya !