Kemukakan latar belakang munculnya pemberontakan arpa di bandung 1950

Apakah kamu sedang mencari jawaban untuk soal yang sedang kamu cari ? jika iya mungkin jawaban dibawah ini bisa membantu menyelesaikan persoalanmu



Pada saat pertama pemerintah RIS- yang
mana Dr Moh Hatta jadi Perdana Menteri tak sedikit kesulitan yang
dihadapi oleh Pemerintah. Baik rongrongan dari luar, maupun dari dalam
tubuh sendiri.Pembentukan APRIS
ternyata menimbulkan ketegangan-ketegangan yang mengakibatkan terjadinya
serentetan pertumpahan darah Diantara kalangan TNI sendiri ada
tantangan dan keengganan untuk bekerjasama dengan bekas anggota tentara
Belanda, dengan KNIL, KL, KM dan sebagainya yang dilebur kedalam APRIS.Sebaliknya
dipihak KNIL ada tuntutan agar bekas kesatuannya ditetapkan sebagai
alat dari Negara Bagian. Juga tantangan dari eks serdadu KNIL yang
merasa was-was akan nasib mereka jika dilebur dalam tubuh APRIS bersama
dengan TNI. Mereka takut kehilangan kedudukannya kalau Belanda pergi
dari Indonesia.Diantara mereka
adalah gerakan apa yang mereka namakan “APRA” (Angkatan Perang Ratu
Adil) dibawah pimpinan Kapten Raymond Westerling. Ya, Kapten inilah yang
dengan para pengikutnya pada tahun 1947 telah membuat terror di
Sulawesi Selatan yang terkenal bengis dan kejam dengan pembantaian dalam
waktu singkat mencapai sekitar 40.000 korban rakyat Indonesia.Dengan
menggunakan nama “Ratu Adil” Westerling mencoba mengetahui rakyat
Indonesia, seakan-akan merekalah yang “ditungggu-tunggu” rakyat sesuai
dengan ramalan Joyoboyo, dan mereka pulalah yang akan memerintah
Indonesia yang rakyatnya sudah lama menderita.Ketegangan-ketegangan
pun terjadi dalam pertentangan politik yang menajam antara golongan
“Federalis” yang tetap ingin mempertahankan Negara Bagian terhadap
golongan “Unitaris” yang menginginkan Negara Kesatuan.Tujuan
APRA sebenarnya untuk mempertahankan bentuk Federal Indonesia, oleh
sebab itu beberapa Pengusaha Perkebunan dan tokoh-tokoh Belanda berdiri
di belakang Westerling.Kebrutalan
APRA menjadi-jadi, karena mereka telah memberikan “ultimatum” kepada
Pemerintah RIS dan Negara Pasundan, supaya mereka diakui sebagai
“Tentara Pasundan” dan menolak untuk membubarkan Negara “boneka”
tersebut. Sudah tentu “ultimatum” tersebut tidak digubris oleh
Pemerintah RIS, yang sebagaimana diketahui Perdana Menterinya adalah
Bung Hatta.Maka pada tanggal 23
Januari 1950 pagi-pagi benar dengan diperkirakan membawahi 800 tentara
KNIL, terdiri dari pelarian-pelarian pasukan payung, barisan pengawal
“Stoottroepen” dan polisi Belanda dengan dilindungi oleh kendaraan
berlapis baja, mereka “menyerbu” kota Bandung. Dan untuk beberapa
lamanya mereka dapat “kuasai” kota Bandung.Setiap
anggota APRIS (TNI) yang mereka temui-baik itu bersenjata atau tidak
ditembak mati di tempat. Perlawanan dapat dikatakan tidak ada, karena
penyerbuan tersebut tidak terduga sama sekali. Pun mengingat
kesatuan-kesatuan Siliwangi baru beberapa saat saja memasuki kota
Bandung, setelah perdamaian terdapat sebagai hasil KMB. Staf Divisi
Siliwangi yang pada hari itu hanya dijaga 15 prajurit, diserang dengan
tak terduga. Seorang Perwira menengah-Letkol Lembong tewas menjadi
keganasan APRA. Dalam penyerbuan APRA ini 79 anggota APRIS/TNI gugur.Pemerintah
RIS untuk memperkuat pertahanan kota Bandung mengirimkan bala bantuan
antara lain dari kesatuan-kesatuan polisi dari Jawa Tengah dan Jawa
Timur, yang ketika itu sedang berada di Jakarta. Pun pada hari itu juga
TNI dapat mengkonsolidasi kekuatannya, dan akhirnya gerombolan APRA
dapat dipaksa mengundurkan diri kota Bandung.Operasi
penumpasan dan pengejaran gerombolan APRA ini yang sedang melakukan
gerakan mundur, segera dilakukan oleh Kesatuan TNI. Dalam suatu
pertempuran di daerah Pacet pada tanggal 24 Januari 1950 pasukan TNI
berhasil menghancurkan sisa-sisa gerombolan APRA.Di
kota Bandung juga diadakan pembersihan dan penahanan terhadap mereka
yang terlibat, termasuk beberapa tokoh Negara Pasundan. Setelah
melarikan diri dari Bandung, Westerling masih ingin melanjutkan
“Petualangannya” di Jakarta. Ia merencanakan gerakannya untuk menangkap
semua Menteri RIS yang sedang menghadiri Sidang Kabinet dan
membantainya, persis semacam apa yang pernah Westerling lakukan dulu
dengan rakyat Sulawesi Selatan tetapi gerakan tersebut dapat digagalkan,
dan ternyata bahwa “otaknya” adalah Sultan Hamid II, yang juga duduk di
Kabinet RIS, tapi zonder portofolio.Sultan
Hamid II dapat segera ditangkap, sedangkan Westerling setelah melihat
kegagalannya APRA di Bandung dan juga gagal usahanya “menangkap” para
Menteri RIS dalam Sidang Kabinet RIS di Jakarta, sempat melarikan diri
ke luar negeri dengan menumpang pesawat Catalina milik Angkatan Laut
Belanda, dan dengan demikian berakhirlah “petualangan” Westerling untuk
mengacau di Indonesia yang telah membawa korban Rakyat Indonesia
beribu-ribu banyaknya, dan tak akan dilupakan oleh Bangsa Indonesia
selama-lamanya. )Penulis adalah pejuang 1945)

Jika Kalian ingin mencari jawaban lainya, Baca Juga :  Peran manusia pada hubungan biotik dan abiotik?




Sudah Tepatkah jawaban diatas ? jika kurang tepat kamu bisa mencari jawaban pengganti dikolom pencarian web WIKITANIC.COM ya

Author: admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *